Wednesday, April 22, 2009

everything has the first one

first of all, i wanna thank my very-very-smart friend, dito, for his kindness giving some advices while i was making this blog. entah kenapa tiba-tiba saya mengalihkan pikiran saya untuk kembali dalam dunia penulisan blog. bisa diceritakan bagaimana saya tertarik untuk kembali menulis blog, yaitu setelah adanya suatu kejadian yang dialami oleh sahabat saya, prima anugerahanti. you go girl!

prima bukan orang yang heboh dalam mengekspresikan dirinya, dia orang yang cukup pendiem (kalo dibandingin sama anak2 sma jaman sekarang yang kadang suka lebay mengekspersikan dirinya, mungkin saya termasuk di dalamnya). tapi dibalik semua itu, dia menjadi dirinya sendiri. the bottom line is, she can be just herself without anything fake. dan menurut pandangan gue, itu suatu hal yang wow. nggak semua orang bisa kayak dia di jaman yg gila ini. suatu kejadian terjadi ketika dia memberanikan dirinya untuk speak-up masalah-masalah 'rancu' yang emang lagi happening di sekolah gue. nggak perlu disebut nama sekolahnya, ntar blog baru gue ini disuruh diapus lagi. mungkin kejadian ini udah termasuk basi buat diungkit, tapi yaaa mau gimana lagi kan gue mau nyeritain asal-usul kenapa gue kembali melanjutkan kegiatan menulis gue yang udah kepotong berbulan-bulan. back to the main topic, jadi si primot ini menulis di dalam blognya sebuah kritikan untuk berbagai pihak di sekolah. mulai dari kegiatannya yg ngga pernah jelas kemana arahnya, trus guru2nya yang memang sudah mulai tidak berkompeten untuk mengajar (mungkin faktor usia dan emosi bekerja bgt dalam hal ini), trus juga sedikit kehidupan di sekolah gue yang menurut gue emang pantes kok buat dikritik. primot ini orangnya lugas lugas aja, ngapain deh pake basa-basi segala, to the point aja gitu. nah, berhubung bacaan dia itu kadarnya udah tinggi banget menurut gue (krn gue selalu baca hal yg remeh-temeh) jadi the way she's writing that post is really really 'her'; kata2 bahasa inggrisnya mengalun dengan baik, sebutan2 di dalamnya mungkin agak berat (kasar) bg orang yang nggak kenal dia, dan emang dia to the point. menurut banyak orang (yg ngintrogasi dia) there are soooo many word that too sarcastic and too harsh. but hey, snap it out you foolish! emang bener kok perlu suatu tamparan keras buat sesuatu untuk menjadi benar, khususnya sekolah gue itu yang amburadul banget. dari luar sih oke oke aja, nggak keliatan boroknya, tapi lama-kelamaan gue agak nggak ngerti gimana jalan pikiran orang nomer satunya sekolah gue itu dalam berpikir dan bekerja (nggak nomer satu juga sih). nah dari blog itu, temen gue si primot kena berbagai masalah. dia berulang kali dipanggil guru-guru, mulai dari yang terlibat dan termasuk penting, sampe yang bener-bener nggak penting. anjrit gue kesel banget tau nggak, kenapa gara2 sebuah tulisan doang menjadi sebuah masalah yang nonsense aja gitu buat diungkit2 terlalu lebay. sampe kakak2 kelas gue-who know nothing ikut campur dalam masalah itu. mungkin mereka banyak disogok contekan kali ya ampe ngebelain guru2 yang kesebut di dalem postingan itu. mulailah dipanggil sana sini, keluar masuk pintu ruang BK ruang kepsek dan ruang2 lainnya. yang gue bingung, kenapa harus takut kalo emang lo bener? pihak sekolah menjadi kebakaran jenggot oleh sebuah tulisan hebat yg dibuat seorang murid. dari analisa gue, kenapa mereka harus segitu paniknya kalo emang mereka nggak seperti apa yg ditulis primot. seharusnya cepat diatasi dengan mengclearkan hal2 itu lalu, sudah. beres kan? kenapa si wakil kepala sekolah itu harus membawa massa (kelas 3) untuk menghabisi prima? lo bayangin satu orang dikerubutin sekerumunan massa garong. ya pasti matilah ia. it wasn't fair enough. tapi untungnya banyak orang2 di balik prima yg setia nungguin prima, ngedukung dia, sampe bersedia langsung menghadap ke kepala sekolah buat langsung aja deh nyelesein masalah ini, nggak pake embel2 harus bikin forum massa segala (tadinya kalo boleh gue pengen deh bawa massa angkatan gue buat ngebelain dia). akhirnya setelah kurang lebih satu minggu lebih prima mendapat tatapan aneh dari orang2 bejat itu dan perlakuan yg biadab juga (nggak secara langsung ya), masalah itu surut juga. dan itu selesai dengan penyelesaian yang sangat sangat buruk. emang deh sekolah digit kurang bisa membawa suatu hal menjadi benar dan berjalan seperti seharusnya.

dari situ mulailah gue merasakan bahwa perlu juga ya nulis lagi, siapa tau gue jadi korban berikutnya ky prima yg bisa terkenal seantero sekolah haha. and that's it, that's why i'm continuing writing a journal of my life. semoga bisa menjadi sesuatu yang inspiratif (walopun nggak mungkin bgt yak, penulisnya aja abal ky gue), dan bisa diisi ulang oleh banyak orang. sure enough, i love my best friend :-) done

No comments:

Post a Comment